PERBEDAAN LAMA PEMULIHAN PASCA OPERASI PADA PASIEN KATARAK DAN PTERIGIUM DI RUMAH SAKIT SAMARITAN PALU TAHUN 2019

Gina Andyka Hutasoit

Abstract


Gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia terus mengalami peningkatan. Prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%. Penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan antara lain katarak dan pterigium. Penelitian ini berujuan untuk membantingkan lama perawatan pasca operasi pada pasien katarak dan pasien pterigium. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan sampel 40 pasien yang terdiri dari 2 kelompok. Kelompok pertama adalah 20 orang pasien yang telah menjalani operasi katarak dan kelompok berikutnya adalah 20 orang pasien yang telah menjalani operasi pterigium. Hari perawatan fase penyembuhan pasca operasi kedua kelompok kemudian dibandingkan dengan uji statistkin menggunakan SPSS. Hasil dengan analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan distribusi data yang tidak normal sehingga uji yang dilakukan menggunakan uji non parametrik. Uji non parametrik dilakukan dengan Wilcoxon rank-sum test memberikan hasil hari rawat pada pasien pasca operasi katarak lebih lama dibandingkan dengan hari rawat pasien pasca operasi pteritium (p<0,05). Pasien pasca operasi katarak akan mengalami banyak proses penyembuhan yang dapat berlangsung dalam berminggu-minggu dibandingan dengan pasien pasca operasi pterigium sehingga proses tersebut menyebabkan masa perawatan penyembuhan pasca operasi pada katarak menjadi lebih lama.

Keywords


katarak, operasi, pterigum, hari rawat, penyembuhan

Full Text:

PDF

References


WHO. What is Refractive Error?. 2009.

Depkes RI. Gangguan Penglihatan Masih Menjadi Masalah Kesehatan. 2009.

Kemenkes RI. Infodatin: Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta. 2014.

Nash E. Cataracts. Sagepub Journals. 2013;6(9):555-562.

Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Ilmu Penyakit Mata.. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007;3:200-11.

Voughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Jakarta : EGC. 2010;17.

Skolnick CA, Grimmet MR. Management of pterygium. In: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland EJ, editors. Cornea. Philadelphia: Elsevier Mosby. 2005;2(2):1749-61.

McCarty CA, Fu CL, Taylor HR. Epidemiology of pterygium in Victoria, Australia. Br J Ophthalmol. 2000;84:289-92.

Gazzard G, et al. Pterygium in Indonesia: prevalence, severity and risk factors. Br J Ophthalmol. 2005;86:1341-6.

Putra AK. Penatalaksanaan Pterigium. Maj Kedokt. Atma Jaya. 2003;2(2):137-47.

Ghoz N, Elalfy M, Said D, Dua H. Healing autologous conjungtival grafts in pterygium surgery. Acta Ophthalmol. 2018;96(8):e979-e988.

Porela-Tiihonen S, Kokki H, Kaarniranta K, Kokki M. Recovery after cataract surgery. Acta Ophtalmol. 2016;94(2):1-34.

Ahmed MS, Moly KN, Aziz MA. Use of povidone-iodine drop instead of subconjunctival injection of dexamethasone and gentamicin combination at the end of phacoemulsification cataract surgery. Mymensingh Med J. 2010;19:232-235.

Dell SJ, Hovanesian JA, Raizman MB. Randomized comparison of postoperative use of hydrogel ocular bandage and collagen corneal shield for wound protection and patient tolerability after cataract surgery. J Cataract Refract Surg. 2011;37:113-121.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)



Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako)
ISSN 2502-0749
Published by Universitas Tadulako
W : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/index
E : healthytadulako@gmail.com

Dewan Redaksi :    +6285242303103 (wa)

                          

Creative Commons License
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.